pola sirkular jamur Alternaria dengan spora di bagian pinggirnya |
Apa itu bercak Alternaria???
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Alternaria sangat sering ditemui di Indonesia. Beberapa tanaman yang sering ditemukan kasus ini dan merupakan inang jamur Alternaria antara lain apel, brokoli, bunga kol, wortel, kentang, kubis, tomat, sawi-sawian, dan jeruk termasuk beberapa jenis tanaman hias dan rumput-rumputan.
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Alternaria sangat sering ditemui di Indonesia. Beberapa tanaman yang sering ditemukan kasus ini dan merupakan inang jamur Alternaria antara lain apel, brokoli, bunga kol, wortel, kentang, kubis, tomat, sawi-sawian, dan jeruk termasuk beberapa jenis tanaman hias dan rumput-rumputan.
Gimana Gejala Serangannya???
Jamur
Alternaria
biasanya menyerang bagian permukaan daun tanaman. Pada tanaman sawi-sawian,
gejala infeksi Alternaria biasanya dimulai dari bintik kecil melingkar
berwarna gelap. Semakin lama bintik tersebut akan membesar hingga berukuran 1
cm atau lebih. Warna bintik ini lebih sering berwarna abu-abu gelap, atau agak
kehitaman.
Perkembangannya
biasanya tidak serempak, pada daun biasanya bintik ini memiliki garis tepi yang
menyerupai kambium pohon atau dengan batas garis tertentu sehingga mudah
diidentifikasi.
Garis tepi tersebut adalah spora jamur Alternaria yang siap menyebar. Kebanyakan dari spesies jamur ini menghasilkan sejenis toksin (racun) yang masuk ke dalam jaringan tanaman.
Spora jamur Alternaria akan cepat beregenerasi secara tunggal ataupun berantai, oleh karena itu tidak jarang kite temui bintik pada daun secara tunggal ataupun berantai.
Garis tepi tersebut adalah spora jamur Alternaria yang siap menyebar. Kebanyakan dari spesies jamur ini menghasilkan sejenis toksin (racun) yang masuk ke dalam jaringan tanaman.
Spora jamur Alternaria akan cepat beregenerasi secara tunggal ataupun berantai, oleh karena itu tidak jarang kite temui bintik pada daun secara tunggal ataupun berantai.
Alternaria citri pada buah jeruk, hampir seperti Antraknosa tetapi dengan ciri spora yang terlihat jelas pada bagian melingkar |
serangan Alternaria brassicae pada kubis
Beberapa spesies jamur Alternaria
dan inangnya pada beberapa tanaman yang sering kita jumpai antara lain:
- Alternaria dauci (hawar daun wortel)
- Alternaria radicina (bercak hitam wortel)
- Alternaria brassicae dan Alternaria brassicicola (bercak hitam pada dau kubis)
- Alternaria solani (hawar dan busuk ujung buah tomat)
- Alternaria brassicae (busuk kubis)
- Alternaria tenuis dan Alternaria alternate (bercak buah pada cabai)
Alternaria pada bawang, bentuk sirkular abu-abu terlihat jelas pada daun |
Alternaria citri pada jeruk, bersihkan lahan dari buah dan daun yang terinfeksi |
Gimana pengendaliannya???
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi jamur Alternaria antara lain:
1. Menanam varietas yang resisten terhadap jamur Alternaria,
2. Rotasi tanaman sesering mungkin dengan tanaman yang bukan merupakan inang dari jamur Alternaria,
3. Membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanam baru dengan membakarnya,
4. Penyemprotan fungisida secara teratur sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan sesuai anjuran.
Apa saja pestisida yang efektif dalam mengendalikan jamur Altenaria???
Anda bisa pilih Folicur 25 WP sebagai alternatif pertama, selain itu ada juga Procure 25 WP.
Fungisida berbahan aktif tebukonazol aktif dalam menginfeksi jamur Alternaria pada saat pembentukan dinding sel, sehingga jamur tidak bisa beregenerasi ataupun berkembang biak,
2. Bahan aktif selanjutnya adalah tembaga, biasanya dengan merk dagang Sultricob 93 WP ataupun Copcide 77 WP.
Bahan aktif tembaga ini menghentikan serangan Alternaria seketika dengan mode kontaknya.
3. Kemudian anda bisa seling dengan fungisida-bakterisida biologi seperti Decoprima. Penambahan bio-fungisida meminimalisir resistensi jamur Alternaria, terutama saat udara mulai lembab, pada musim basah.
Perkembangan kelembaban akan meningkatkan kemampuan reproduksi jamur pada umumnya, dengan demikian kemampuan regenerasi jamur maupun bakteri biasanya tinggi. Pemakaian fungisida kimia terlalu sering akan meningkatkan risiko resistensi, tidak demikian halnya dengan penggunaan decoprima.